PATI – Peringatan Haul ke-44 Almaghfurlah K.H. Abdul Haq di Pondok Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah. Istilah ‘haul’ bukanlah hal asing lagi di telinga santri dan masyarakat zaman sekarang. Haul merupakan tradisi peringatan kematian seseorang yang diadakan setahun sekali. Hal itu bertujuan untuk mendoakan ahli kubur agar semua amal ibadah yang dilakukannya diterima Allah Swt. sekaligus mengenang keteladan semasa hidup dari tokoh yang diperingati teersebut, yakni K.H. Abdul Haq. Beliau merupakan pendiri Pondok Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah bersama K.H. Nawawi pada tahun 1945.
Pondok Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah menyelenggarakan mauidhoh hasanah sekaligus pertemuan wali santri di halaman Pondok Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah, Minggu (08/08) lalu. Kegiatan ini merupakan serangkaian peringatan Haul K.H. Abdul Haq yang ke-44. Beberapa tamu undangan yang turut hadir dalam acara ini adalah Bapak Darmono Hadi, M.Si., Bapak K.H. Ulin Nuha, Lc., Bapak Saifuddin Noor, M.Pd.I., Bapak Dr. Sulhadi, M.Si, Bapak H. Muammadun, Ibu Uswatun Hasanah S.E., Ibu Hajar Istifaiyah, S.H.I. Adapun pertemuan wali santri bertujuan untuk menjalin hubungan silaturahmi yang baik antara pihak yayasan Al Hamidiyah dengan seluruh wali santri. Pada kesempatan itu, wali santri diberi ruang untuk menanyakan beberapa hal terkait urusan pondok maupun KBM di sekolah.
Seperti peringatan Haul pada umumnya, acara ini diawali dengan pembukaan, pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Mbak Salwa Anjaina, kelas X. Selanjutnya, pembacaan tahlil oleh Bapak K.H. Sholikhul Hadi, pengasuh ponpes Al Hamidiyah. Setelah itu, sambutan sekaligus pemaparan program oleh Bapak H. Muhammadun, Pembina Yayasan Al Hamidiyah. Sesi ini merupakan momen berharga antara wali santri dan pihak Yayasan Al Hamidiyah untuk bertukar pendapat sehingga memperoleh persepsi yang sama terhadap program yang diterapkan, baik di pondok maupun sekolah. Beliau pun menyampaikan bahwa adanya acara haul rutinan dan pertemuan wali santri ini dapat mempererat tali silaturahmi antara wali santri dengan pihak Yayasan Al Hamidiyah Pati.
Puncak acara ialah Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Bapak Saifuddin Noor, M.Pd.I. yang mengusung tema “Cintai Allah maka Allah pun Mencintaimu”. Cinta kepada Allah Swt. pasti diiringi ujian agar kualitas semakin kuat. Cinta Allah kepada seorang hamba itu adalah imbalan pada yang tekun, ikhlas, dan kontinyu beribadah serta beramal sholeh. Apabila seseorang telah berada pada tingkat dicintai oleh Allah, Allah menyebut nama orang itu seperti hadis berikut.
إِذَا أَحَبَّ اللهُ تَعَالَى العَبْدَ، نَادَى جِبْريلَ: إنَّ الله تَعَالَى يُحِبُّ فُلانًا، فَأَحْبِبْهُ، فَيُحِبُّهُ جِبريلُ، فَيُنَادِي في أَهْلِ السَّمَاءِ: إنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلانًا، فَأحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أهْلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ القَبُولُ في الأرْضِ)). متفق عليه
Artinya: “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Ia menyuruh Jibril. Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah ia, maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru penduduk langit, ”Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan maka cintailah ia. Penduduk langit pun mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi.” (HR Al Bukhari).
Maksud orang diterima di muka bumi menurut para ahli hadis adalah dicintai oleh manusia. Ada keterkaitan cinta Allah pada seseorang dengan cinta manusia pada orang tersebut.
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا} [مريم: 96].
Artinya: “Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajkan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka). (Q.S. Maryam: 96).
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan bila disayangi banyak kalangan itu tanda cinta Allah juga kepadanya. Apabila dianggap buruk oleh berbagai kalangan, itu juga bukti bahwa Allah juga memurkainya.
Berdasarkan mauidhoh hasanah oleh Bapak Saifuddin yang menukil Al-Qur’an maupun Hadis, Almaghfurlah K.H. Abdul Haq termasuk golongan “Muhibbin” – manusia yang dicintai Allah sehingga bukan tanpa alasan jika haul Beliau selalu dihadiri oleh banyak pihak. Kehadiran tersebut berasal dari digerakanya hati seseorang oleh Allah Swt. dengan semata-mata membawa keyakinan bahwa orang yang dicintai Allah akan membawa berkah untuk orang-orang yang juga mencintainya.