PATI – Menyambut hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah, Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah mengadakan istighosah, Rabu (28/06). Istighosah berasal dari bahasa Arab yang bermakna doa bersama. Istighosah ini bertujuan untuk meminta pertolongan dari Allah Swt. sehingga perayaan Idul Adha esok hari berjalan lancar. Kegiatan istighosah ini diikuti seluruh asatidzah dan santri Pondok Pesantren Tahfidh Al Hamidiyah.
Idul Adha atau yang dikenal dengan Hari Raya Haji merupakan hari raya umat Islam yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Momen Idul Adha tidak dapat dilepaskan dengan peristiwa yang menimpa keluarga Nabi Ibrahim AS. Peristiwa itu tercantum dalam Q.S. Ash Shaffat: 100 –103.
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ(١٠٠) فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ(١٠١) فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ(١٠٢) فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ (١٠٣)
Artinya:
“(Ibrahim berdoa) Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh (100). Maka, Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak (Ismail) yang sangat santun (101). Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabra (102). Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (unuk melaksanakan perintah Allah) (103)”.
Kala itu, Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, istrinya sangat menantikan kehadiran calon buah hati mereka. Untuk itulah mereka tidak henti-hentinya meminta kepada Allah Swt. agar diberikan keturunan yang dapat melanjutkan misi dakwahnya.
Kegiatan istighosah dimulai dengan doa-doa yang disertai tahlil secara bersama-sama dan diakhiri Mauidhoh Hasanah yang disampaikan oleh Bapak Saifuddin Noor, M.Pd.I dengan mengusung tema Penguatan Pendidikan Karakter melalui Semangat Berqurban. Pesan Beliau kepada para santri supaya menyadari pentingnya nilai-nilai karakter yang diimplementasikan dalam berkurban, misalnya sikap tulus, ikhlas, peduli, dan lain-lain. “Makna berkurban tidak hanya mengorbankan hewan, tetapi harus mengorbankan diri terkait nilai-nilai karakter tersebut supaya menjadi generasi yang memiliki karakter yang kuat dan bermartabat,” dawuh Bapak Saifuddin di hadapan para santri Al Hamidiyah.